Sabtu, 14 Maret 2015

Enviropig, Babi Ramah Lingkungan Hasil Rekayasa Genetika

Tidak seperti di Indonesia, konsumsi daging babi sudah menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Kanada. Angka produksi daging babi di Kanada terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Umumnya, daging babi yang diproduksi dari peternakan lokal tersebut, akan didisribusikan ke dalam maupun luar negeri sesuai dengan kebutuhan pasar.

Ekspor daging babi dari Kanada pun tidak dapat dipandang sebelah mata lagi. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Canadian Meat Council (CMC), pada tahun 2013, Kanada berhasil mengekpor lebih dari 100.000 ton daging babi yang bernilai $3.19juta ke 99 negara di dunia. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka ekspor daging sapi Kanada ke 71 negara yang hanya menyentuh keuntungan $1.3juta. Hal ini menjadikan Kanada sebagai salah satu eksportir daging babi terkemuka di industri global.

Sayangnya, produksi daging babi ini tidak hanya menawarkan keuntungan ekonomi semata bagi para peternak babi di Kanada. Hal ini juga menawarkan dampak negatif yang membahayakan ekosistem. Dampak tersebut dapat terjadi karena kotoran dan air seni babi ternyata mengandung materi-materi yang tidak dapat diurai oleh tanah.

Gambar 1. Kotoran babi yang mencemari sungai dan kolam. (Sumber gambar: http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-1344172/Frankenswine-Pigs-genetically-modified-smell.html)


Babi ternak biasa diberi makan biji-bijian yang mengandung asam fitat, salah satu tipe fosfor, yang tidak bisa dicerna secara optimal oleh babi. Akibatnya, banyak dari materi tersebut yang terbuang kembali ke luar tubuh babi. Materi tersebut dapat masuk ke pasokan air sehingga memicu keberadaan ganggang. Tanaman ini dapat menghambat kehidupan dan memicu zona tanpa ikan. 

Untuk mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, kebanyakan peternak harus memberi enzim fitase tambahan ke babi-babi mereka. Enzim ini akan secara otomatis mencerna asam fitat yang berpotensi mencemari perairan. Akan tetapi, enzim fitase tambahan memiliki harga yang cukup mahal sehingga dapat menurunkan keuntungan penjualan babi bagi para peternak.

Melihat fakta-fakta tersebut, para peneliti dari University of Guelph, Kanada, mencoba mengembangkan babi ramah lingkungan hasil rekayasa genetika. Babi ramah lingkungan ini kemudian dikenal dengan nama Enviropig. Para peneliti mengambil gen yang bertanggung jawab untuk menciptakan fitase dari bakteri E.coli lalu ditambahkan dengan gen hasil rekayasa genetis.

Dengan dikembangkannya Enviropig, maka produksi daging babi di pasar Kanada akan terus berjalan lancar tanpa harus melibatkan pencemaran lingkungan. Enviropig juga sekaligus dapat mengurangi ongkos yang dikeluarkan peternak untuk membeli enzim fitase tambahan. Hal ini jelas menjadi angin segar bagi para peternak babi.

Lalu bagaimana cara kerja Enviropig sehingga dapat disebut “babi ramah lingkungan”? 


Gambar 2. Fitase diproduksi di kelenjar ludah dan disekresi dalam air liur untuk meningkatkan pencernaan fosfor yang terkandung dalam biji-bijian pakan babi. (Sumber Gambar: http://www.uoguelph.ca/enviropig/)

Enviropig dapat menghasilkan enzim fitase sendiri dalam kelenjar ludah mereka. Ketika biji-bijian sereal dikonsumsi oleh babi, fitase akan bercampur dengan pakan di mulut babi. Makanan tersebut mulai ditelan oleh babi dan fitase kemudian aktif dalam lingkungan asam lambung untuk menurunkan kadar asam fitat dengan cara merilis fosfat yang mudah dicerna oleh babi.

Biji-bijian sereal termasuk jagung, kedelai dan gandum mengandung 50 sampai 75% dari fosfor dalam bentuk asam fitat. Karena Enviropig dapat mencerna asam fitat, maka tidak perlu menyertakan enzim fitase tambahan yang diproduksi secara komersial untuk menyeimbangkan diet. Karena tidak ada fosfor ditambahkan ke diet dan ada pencernaan asam fitat, pupuk secara substansial berkurang kadar fosfornya. Penurunan mulai dari 20 sampai 60% tergantung pada tahap pertumbuhan dan diet yang dikonsumsi. Dalam percobaan ini, Enviropig mampu menyerap lebih banyak fosfor sehingga limbah yang mengandung zat berbahaya itu tidak banyak keluar dari tubuh babi.

Daftar Pustaka:
Anonim. Enviropig. http://www.uoguelph.ca/enviropig/ (Diakses pada 13 Maret 2015 pukul 20.53wib)
Canadian Biotechnology Action Network. Enviropig Genetically Engineering to Support Industrial Hog Production. 2010. http://www.cban.ca/content/download/926/5808/file/CBAN%20enviropig%20report%202010.pdf. (Diakses pada 13 Maret 2015 pukul 20.40wib)
Canadian Meat Council. Canadian Livestock and Meat Industry. 2013. http://www.cmc-cvc.com/en/about-us/industry-statistics (Diakses pada 13 Maret 2015 pukul 19.55wib)
Derbyshire, David. Frankenswine, the less pungent pig: Scientists genetically modify farm animal so it won't SMELL. 2011. http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-1344172/Frankenswine-Pigs-genetically-modified-smell.html (Diakses pada 13 Maret 2015 pukul 22.00wib)
Economics Research Group University of Guelph. Canadian Pork Exports. 2010. http://www.ridgetownc.uoguelph.ca/research/documents/mcewan_Canadian_Pork_Exports_Jan_2010.pdf (Diakses pada 13 Maret 2015 pukul 20.55wib)
Philips, John P. Development of The Enviropig. 2002. http://www.poultryscience.org/docs/pba/1952-2003/2002/2002%20Phillips.pdf (Diakses pada 13 Maret 2015 pukul 22.56wib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar